Di awal tahun 90-an, Medan belum begitu mengenal ajaran Theravāda secara mendalam dan hakiki. Ajaran tersebut hanya dikenal di sekolah-sekolah saja. Buku-buku juga belum banyak beredar
Di awal tahun 90-an, Medan belum begitu mengenal ajaran Theravāda secara mendalam dan hakiki. Ajaran tersebut hanya dikenal di sekolah-sekolah saja. Buku-buku juga belum banyak beredar, apalagi vihāra bermazhab Theravāda.
Lima orang pemuda Buddhis bernama Brahmaputra (Tjian Hoat), Eddy Dhammadipa, Rudi Hardjon Dhammarājā, Amir Hamzah Viriyānanda, dan Albert Kumala Sāsanaputra adalah aktivis dari beberapa lembaga Buddhis yang berteman dan sering mendiskusikan tentang ajaran Buddha. Mereka banyak membaca buku-buku tentang ajaran Buddha bermahzab Theravāda. Dan mereka juga sering berdiskusi dengan beberapa Bhante seperti; Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera, Y.M. Bhikkhu Girirakhito Mahāthera, dan Y.M. Bhikkhu Paññā Ňāṇa Nanda (Alm.).
Selain itu mereka juga sering berkorespondensi dengan Y.M. Bhikkhu Abhinito yang berdomisili di Bangkok untuk mendapatkan bimbingan dan nasihat. Mereka juga mendapat banyak buku-buku Dhamma karya Y.M. Bhikkhu Abhinito.
Dengan berdiskusi, membaca buku dhamma, mendengarkan pembabaran dhamma, berkorespondensi, dan kegiatan lain yang telah mereka lakukan akhirnya meningkatkan saddhā, semangat dan pengabdian tulus mereka, sehingga muncullah tekad untuk memancangkan Panji Theravāda agar bisa tumbuh dan berkembang di Medan-Sumatera Utara secara terarah.
Mereka bersama-sama memohon tuntunan, nasihat, bimbingan dan arahan secara rutin kepada Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera dan Y.M. Bhikkhu Paññā Ňāṇa Nanda (Alm.). Tekad yang utuh dan kuat ini disambut dengan hangat dan penuh bijaksana layaknya seorang ayah yang selalu siap mendengarkan keluh kesah anaknya. Para bhante selalu siap memberikan petunjuk-petunjuk yang tepat dan terarah.
Untuk mewujudkan semangat yang telah berkobar-kobar ini, pemuda Buddhis yang berjumlah lima orang tersebut, menyampaikan maksud dan tujuan mereka kepada Rama Wirawan Giriputra untuk bergabung dalam pelestarian Buddhadhamma Mazhab Theravāda di Medan-Sumatera Utara. Dalam pertemuan dengan Rama Wirawan Giriputra ternyata maksud dan tujuan tersebut disambut dengan luar biasa. Mereka juga mendapatkan dukungan spiritual dan material dari beliau.
Mengawali tekad yang mulia ini, mereka mulai mencari cara untuk membentuk wadah Theravāda. Sebagai lanjutan, mereka menghubungi Pengurus Pusat yang pada waktu itu dikenal dengan nama : MAPANBUDHI (Majelis Pandita Buddhadhamma Indonesia). Mereka menghubungi Rama Drs. Teja S. Mochtar Rashid (Alm.), selaku Ketua Umum Pengurus Pusat MAPANBUDHI, melalui arahan dan pembinaan Beliaulah maka disusun langkah-langkah untuk membentuk MAPANBUDHI di Medan-Sumatera Utara.
Bersamaan dengan persiapan-persiapan pembentukan MAPANBUDHI di Medan-Sumatera Utara, Rama Wirawan Giriputra meminta agar mereka mulai merekrut teman-teman yang memiliki ide dan pemahaman yang sama, sambil mencari tempat yang dapat disewa untuk dijadikan kantor dan sekaligus Cetiya untuk melakukan Puja Bakti.
Kemudian dalam pencarian diperolehlah bangunan yang beralamatkan di Jalan Pajang No. 7-9 Medan milik Bapak Arligo yang selanjutnya disewa pertahun oleh Rama Wirawan Giriputra. Dalam pemilihan nama Cetiya, Amir Hamzah Viriyānanda telah menyediakan beberapa nama dan diajukan kepada Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera untuk merekomendasikannya dan akhirnya Bhante memilih nama Mahāsampatti yang artinya Pencapaian Besar atau Sukses Besar.
Sebagai tempat Puja Bakti tentu tidak lengkap tanpa adanya Buddharūpam (red: arca/patung/replika Buddha). Pada masa itu tidaklah mudah untuk mendapatkannya, kesulitan ini disampaikan Albert Kumala Sāsanaputra kepada Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera. Mendengar keluhan tersebut, Bhante kemudian memberikan sebuah Buddharūpam yang dibuat dengan tangan Bhante sendiri, dengan bahan campuran semen dan pasir, dikerjakan di bawah pohon Bodhi, dekat kuti Bhante, di Vihāra Borobudur Medan.
Salah satu syarat pendirian rumah ibadah adalah persetujuan masyarakat sekitar, Lurah dan Camat, serta membentuk badan hukum Yayasan untuk mengelola Cetiya Mahāsampatti. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, pada tanggal 08 Januari 1994 dibentuklah Yayasan Vihāra Mahāsampatti di hadapan Notaris Sugisno, S.H., Akta Pendirian No.100, dengan susunan pengurus sebagai berikut :
Penasihat | : | Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera |
Komisaris | : | Wirawan Giriputra |
Ketua | : | Albert Kumala Sāsanaputra |
Sekretaris | : | Amir Hamzah Viriyānanda |
Bendahara | : | Rudi Hardjon Dhammarājā |
Brahmaputra dan Eddy Dhammadīpa tidak masuk dalam struktur Yayasan karena Brahmaputra pindah ke Jakarta dan Eddy Dhammadīpa sering dinas ke luar kota. Selanjutnya, Rudi Hardjon Dhammarājā, Albert Kumala Sāsanaputra dan Amir Hamzah Viriyānanda bertanggung jawab dalam pengelolaan Cetiya Mahāsampatti yang beralamat di Jalan Pajang No. 7-9 tersebut.
Perjalanan Vihāra Mahāsampatti tidak terlepas dari peranan MAPANBUDHI (sekarang menjadi Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia/MAGABUDHI) selaku majelis yang memberikan pembinaan kepada Vihāra Mahāsampatti.
Pengurus Daerah MAPANBUDHI dengan PMd. Wirawan Giriputra sebagai ketuanya dilantik pada tanggal 3 April 1994 di Hall Gedung Uniland Medan oleh Ketua PP MAPANBUDHI Pdt. Drs. Teja S. Mochtar Rashid (Alm.) dan penguncaran Pāļivacana oleh Y.M Bhikkhu Sri Paññāvaro Mahāthera. Acara pelantikan dilanjutkan dengan mengadakan juga Simposium Ekonomi Buddhis yang bekerja sama dengan Keluarga Mahasiswa Buddhis (KMB) Universitas Sumatera Utara. Pembicara adalah Y.M. Bhikkhu Sri Paññāvaro Mahāthera Pannavaro Mahathera mengupas topik “Bisnis Sukses dengan Buddhadhamma”, Rama Pdt. Drs. Teja S. Mochtar Rashid (Alm.) memaparkan topik “Ekonomi Buddhis” dan Bapak Barry Kusuma (red: seorang pelaku bisnis) yang dimoderasi oleh Rama PMd. Wirawan Giriputra.
Dengan terbentuknya Pengurus Daerah MAPANBUDHI (sekarang Magabudhi), maka resmi Cetiya Mahāsampatti Mahasampatti bernaung di bawah pembinaan MAPANBUDHI sesuai dengan Anggaran Dasar Yayasan Vihāra Mahāsampatti.
Pada awalnya Cetiya Mahāsampatti merupakan tempat Puja Bakti yang diselenggarakan setiap minggunya bagi para siswa Perguruan Husni Thamrin, Perguruan WR Supratman, Perguruan Hang Kesturi dan Perguruan Sutomo. Semua ini berkat semangat para Pengurus Yayasan yang berprofesi sebagai guru Agama Buddha yaitu adalah Upc. Rudi Hardjon Dhammarājā, Upc. Albert Kumala Sāsanaputra, dan Upc. Amir Hamzah Viriyānanda.
Beliau bertiga dengan dibantu oleh beberapa siswa Perguruan Husni Thamrin Perguruan Hang Kesturi dan Perguruan W.R Supratman, bersemangat mengadakan Puja Bakti setiap minggu dan menyelenggarakan berbagai kegiatan serta perayaan hari-hari besar Buddhis seperti Vesākha-pūjā, Āsāļhapūjā, Māghapūjā, dan perayaan Kaţhina-pūjā, guna menarik perhatian umat untuk datang ke Cetiya Mahāsampatti, di tengah kesibukan Pengurus sebagai guru, dengan fasilitas ruangan yang belum memadai, dan keterbatasan lainnya, mereka tetap mengupayakan Cetiya Mahasampatti berjalan, meskipun hanya mampu beroperasional setiap hari Minggu dan hari besar Keagamaan Buddha saja.
Vihāra Mahāsampatti di Jalan Rahmadsyah Gang Kemala
Karena Cetiya Mahāsampatti masih berstatus sewa yang sewaktu-waktu dapat dihentikan sewanya oleh pemilik, maka Pengurus Yayasan mulai berpikir untuk mencari tempat tetap. Pada tahun 1997, dibelilah sebuah ruko kosong berlantai dua yang terletak di Jalan Rahmadsyah Gg. Kemala II No.33/71 Medan sebagian dengan dana Cetiya dan sisanya dibantu oleh Rama Wirawan Giriputra dan keluarga.
Kemudian dibentuklah Panitia Pembangunan Vihāra Mahāsampatti untuk mengalang dana umat guna merenovasi bangunan tersebut serta penyediaan sarana dan prasarana yang lebih layak. Oleh karena bangunan tersebut telah dihibahkan penuh kepada Yayasan, maka dinamakan Vihāra Mahāsampatti, Sejak itu Yayasan Vihāra Mahāsampatti memiliki dua tempat Puja Bakti yakni Cetiya Mahāsampatti di Jalan Pajang No. 7-9 Medan yang berstatus sewa dan Vihāra Mahāsampatti di Jalan Rahmadsyah Gg. Kemala II No. 33/71 Medan yang berstatus hak milik.
Setelah direnovasi dan layak ditempati, maka tempat tersebut dijadikan tempat Puja Bakti. Kemudian setelah Puja Bakti berjalan dengan baik, Yayasan mengundang Bhikkusangha untuk menempati Vihāra Mahāsampatti serta dibentuk Dāyaka Sabhā. Selanjutnya, atas saran dari Upc. Amir Hamzah Viriyānanda dan kesepakatan bersama pengurus Yayasan Vihāra Mahāsampatti, bangunan ini diserahkan kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dengan harapan agar mendapat perhatian yang lebih besar dari Saṅgha Theravāda Indonesia dan bermanfaat bagi umat Buddha di Medan untuk mendapat bimbingan serta nasihat dari Bhikkhusangha bila ada umat yang membutuhkan. Penyerahan aset ini dilaksanakan pada tanggal 23 November 2003 bertepatan pada Perayaan Sanghadāna yang diselenggarakan di Wisma Benteng Medan.
Kegiatan Vihāra Mahāsampatti dipimpin oleh Ketua Dāyaka Sabhā, yakni Johny Sia, lalu diteruskan kepada Irianto Saputra Balaviriyo, dan Budi Darmawan Dhammaviro. Seiring dengan banyaknya kegiatan di Vihara Mahasampatti ini, muncullah dilema baru. Lokasi tidak memungkinkan untuk menampung jumlah kendaraan umat yang hadir karena lokasi Vihāra ada di dalam gang. Akhirnya dengan berat Pengurus memutuskan untuk menutup Vihāra Mahāsampatti pada tahun 2005. Umat yang sudah ada dan semua kegiatan difokuskan di Cetiya Mahāsampatti Jalan Pajang.
Tahun 1994-2005
Awalnya Cetiya Mahāsampatti diurus langsung oleh Pengurus Yayasan, lalu dengan bergulirnya waktu, remaja energik yang menjadi pengabdi Dhamma semakin bertambah, maka Yayasan Vihāra Mahāsampatti membentuk Pelaksana Harian yang disebut sebagai Dāyaka Sabhā Cetiya Mahāsampatti. Kepengurusan pertama diangkat pada tanggal 17 Pebruari 1994. Kemudian estafet kepengurusan ini berlangsung di bawah beberapa kepemimpinan, yaitu: Upc. Amir Hamzah Viriyānanda, Rudy, Yanno Sīlajayo, Burhan Bhattiphalo, Suhandy Jatasiri sampai tahun 2005.
Tahun 2005, Yayasan Vihara Mahasampatti berkeinginan untuk membeli bangunan Cetiya yang selama ini berstatus sewa dengan KPR. Pada awalnya, Bapak Arligo selaku pemilik bangunan tidak berniat untuk menjualnya dengan alasan merupakan harta warisan milik keluarga. Namun, dengan usaha dari Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera berhasil meminta kesediaan Bapak Arligo untuk menjual bangunan tersebut. Bahkan pada akhirnya Bapak Arligo menyumbangkan 30% dari harga rumah, sehingga yang dibayar hanya 70%. Jual beli ini dilakukan di hadapan Notaris Sugisno, S.H., pada bulan Februari 2005. Jasa Bapak Arligo yang telah menyetujui penjualan dan sekaligus berdana ini sangat besar bagi kemajuan Cetiya kedepannya.
Dengan kemurahan hati Rama Wirawan Giriputra akhirnya bangunan ini tidak jadi dibeli dengan cara KPR. Beliau membelinya secara tunai, lalu meminjamkan dana tersebut kepada Yayasan Vihāra Mahāsampatti tanpa bunga sama sekali. Hal ini sangat membantu Yayasan dalam hal menghemat pengeluaran sehingga dananya dapat digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat lainnya.
Tahun 2006-2008
Dāyaka Sabhā Cetiya Mahāsampatti selanjutnya beralih kepemimpinan ke masa bakti 2006-2008, dengan susunan pengurus inti sebagai berikut :
Ketua | : | Rudy Chandra Pemajayanto (Alm.) |
Wakil ketua | : | Tuty Fu Kusalayanti |
Sekretaris | : | Anwar Sunarko Yantasilo |
Bendahara | : | Jeni Jayanti |
Tahun 2007, melalui rapat, Yayasan Vihāra Mahāsampatti untuk pertama kalinya melakukan perubahan struktural dan pergantian pengurus, sesuai dengan Undang-Undang Yayasan yang baru (UU No. 16 Tahun 2001 dan UU No. 28 Tahun 2004), juga karena Ketua Yayasan Vihāra Mahāsampatti Albert Kumala Sāsanaputra, telah pindah tugas ke Jakarta sebagai pegawai Departemen Agama.
Perubahan dan pergantian yang dilakukan sebagai berikut :
Pembina Yayasan
Ketua | : | PMy. Wirawan Giriputra |
Wakil Ketua | : | Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera |
Anggota | : | 1. PMy. Rudi Hardjon Dhammarāja |
2. PMd. Amir Hamzah Viriyānanda | ||
3. PMd. Albert Kumala Sāsanaputra |
Pengawas Yayasan
Ketua | : | She Tjuan |
Anggota | : | 1. Effendy Anwar |
2. Nurjafa Liaufaldi |
Pengurus Yayasan
Ketua | : | PMd. Eddy Dhammadipa |
Wakil Ketua I | : | Rudy Rakhito |
Wakil Ketua II | : | Yusen Tarunasuriyo |
Sekretaris I | : | Herman Bodhiyanto |
Sekretaris II | : | Suhandy Jatasiri |
Sekretaris III | : | Rosni Chandra Rasadhammani |
Bendahara | : | PMd. Burhan Bhattiphalo |
Wakil Bendahara | : | Hartono Salim |
Perubahan dan pergantian tersebut selanjutnya disahkan melalui Akta Pendirian Yayasan No. 63, oleh Notaris San Smith, SH, tertanggal 29 Oktober 2008, dan Surat Pengesahan Akta Pendirian Yayasan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, dengan nomor AHU-1242.AH.01.04 Tahun 2010, tertanggal 06 April 2010. Dengan demikian maka Yayasan Vihāra Mahāsampatti telah sesuai dengan ketentuan dalam UU Yayasan.
Tidak lama setelah pelantikannya sebagai Ketua Pengurus Yayasan Vihāra Mahāsampatti, Eddy Dhammadipa menemui Rama Wirawan Giriputra untuk mulai membayar sebagian pinjaman Yayasan kepada Rama Wirawan Giriputra atas pembelian bangunan Cetiya. Tetapi, kembali Rama Wirawan Giriputra mempraktikkan kemurahan hati. Atas persetujuan dari keluarga, ibu Vitti Sutanto dan putra Ravi Giriputra, bangunan di Jalan Pajang No.7-9 dihibahkan sepenuhnya kepada Vihāra Mahāsampatti. Dengan demikian Yayasan Vihāra Mahāsampatti telah memiliki bangunan sendiri.
Dalam kepengurusannya, Eddy Dhammadipa banyak melakukan perubahan dalam hal kebijakan dengan dukungan penuh dari Dāyaka Sabhā. Sasaran utamanya adalah peningkatan pelayanan kepada umat Buddha. Untuk itu Cetiya Mahāsampatti yang awalnya hanya dibuka pada hari Minggu dan hari besar umat Buddha saja, sekarang mulai dibuka untuk umum setiap hari. Cetiya Mahasampatti mulai berupaya maksimal untuk mendahulukan kebutuhan umat yang ingin belajar ajaran Buddha.
Kegiatan pengembangan Dhamma lebih intensif lagi dilakukan oleh Cetiya Mahāsampatti. Bhante-bhante semakin sering diundang untuk berceramah. PMd. Rudy Hardjon Dhammarājā lebih menfokuskan program Dhamma-class dengan mengumpulkan mahasiswa Buddhis untuk berdiskusi Dhamma secara rutin. Kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya juga semakin variatif dan kreatif.
Hal yang tak kalah pentingnya untuk dilakukan adalah pembenahan administrasi, pemenuhan legalitas dan laporan keuangan juga disempurnakan. Untuk mendukung semua ini, sarana dan prasarana terus menerus diperbaiki dan diperluas dengan menambah bangunan, sehingga umat yang datang dapat merasakan kenyamanan saat melakukan kegiatan keagamaan.
Y.M. Bhikkhu Dhammasubho Mahāthera selaku Sańghanāyaka STI pada waktu itu memberikan persetujuan secara lisan agar bangunan Vihāra Mahāsampatti yang terletak di Jalan Rahmadsyah Gg. Kemala II, agar dijual dan hasil penjualannya digunakan untuk perkembangan Cetiya Mahāsampatti di Jalan Pajang. Demikian juga saran dari Y.M. Bhikkhu Cittagutto Thera selaku Padesanāyaka Prov. Sumatera Utara. Namun, PMd.
Tahun 2008-2010
Tanggal 3 Januari 2008, Dāyaka Sabhā Cetiya Mahāsampatti melakukan pergantian pengurus untuk masa bakti 2008-2010 menjadi sebagai berikut :
Ketua | : | Tuty Fu Kusalayanti |
Wakil ketua | : | Anwar Sunarko Yantasilo |
Sekretaris | : | Lina Gunawan Lilavati |
Bendahara | : | Jeni Jayanti |
Wakil bendahara | : | Betty Khemakomala |
Sasaran utama Pengurus Dāyaka Sabhā baru adalah meneruskan pembenahan yang telah di mulai pengurus sebelumnya. Pada periode ini lahir biro Sekolah Minggu di bawah Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM, yang nantinya menjadi cikal bakal Sekolah Minggu Buddha (SMB) Mahāsampatti. Di periode ini juga Dāyaka Sabhā mulai merintis usaha kecil-kecilan untuk membantu biaya operasional Cetiya dengan memperjualbelikan souvenir, aksesoris, DVD, CD dan buku-buku Dhamma, yang akhirnya usaha ini menjadi cikal bakal dari Mahāsampatti Store (Bursa Mahāsampatti).
Berbagai kegiatan seminar dan Dhamma Talk mulai sering diselenggarakan untuk memberikan manfaat bagi umat Buddha. Ternyata hal ini membuat nama Cetiya Mahāsampatti semakin dikenal di kalangan umat Buddha. Dengan demikian dukungan umat Buddha semakin besar kepada Cetiya Mahāsampatti.
Awal tahun 2008, Rama Eddy Dhammadīpa dan atas kesepakatan pengurus Yayasan Vihāra Mahāsampatti meminta kesediaan Rama Wirawan Giriputra untuk menjual rumah di Jalan Pajang No. 3 kepada Yayasan Vihāra Mahāsampatti. Sebelumnya rumah ini dibeli oleh Rama Wirawan Giriputra pada akhir tahun 2006 untuk keluarga beliau. Melihat perkembangan dari Cetiya Mahāsampatti dan kebutuhan mendesak dari SMB Mahāsampatti akan bangunan baru, Rama Wirawan Giriputra dan keluarganya menyetujui permintaan ini.
Karena jumlah kas yang belum mencukupi waktu itu, maka Yayasan meminta keringanan untuk mencicil pembayaran pembelian rumah tersebut. Namun, oleh Rama Wirawan Giriputra dan keluarga, rumah tersebut dihibahkan lagi pada akhir tahun 2010. Dengan demikian, Yayasan Vihāra Mahāsampatti telah memiliki tiga pintu rumah yakni di Jalan Pajang No. 3 dan Jalan Pajang No. 7-9 Medan.
Sekolah Minggu Buddha (SMB) Mahāsampatti dibentuk dalam upaya untuk memberikan pengetahuan ajaran Buddha sedini mungkin kepada anak-anak Buddhis sehingga diharapkan dapat tumbuh dalam pemahaman yang benar terhadap Buddhadhamma. Pada tanggal 16 April 2009, SMB Mahāsampatti resmi didaftarkan di Kementerian Agama Kantor Wilayah Prov. Sumatera Utara. Sejak itu SMB Mahāsampatti berada di bawah pembinaan Yayasan Vihāra Mahāsampatti dan terlepas dari struktur Dāyaka Sabhā Cetiya Mahāsampatti.
Tanggal 9 Mei 2009 bersamaan dengan Peringatan Hari Raya Trisuci Vesākha 2553 T.B. Cetiya Mahāsampatti dinaikkan statusnya menjadi Vihāra Mahāsampatti, yang diresmikan oleh Sańgha Theravāda Indonesia diwakili oleh Padesanāyaka Prov. Sumatera Utara Y.M. Bhikkhu Cittagutto Thera didampingi oleh Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera selaku pendiri Yayasan Vihāra Mahāsampatti dan Pembimas Buddha Kementerian Agama Kantor Wilayah Prov. Sumatera Utara Bapak Ketut Supardi S.Ag.,MSi. Dalam sambutannya, Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera menyampaikan “Kendatipun Vihāra Mahāsampatti ini kecil, namun Vihāra ini merupakan Vihāra yang menjalankan ajaran yang murni sesuai dengan Tipiñaka, jadi harus didukung agar berkembang dan maju”. Kalimat tersebut menimbulkan semangat bagi Pengurus untuk mengembangkan dan memegang kokoh panji Theravāda di Kota Medan – Sumatera Utara.
Di tahun ini juga muncul organisasi kepemudaan Theravāda yaitu Pemuda Theravāda Indonesia (PATRIA). Kehadiran pemuda-pemudi Buddhis ini telah banyak membantu Vihāra Mahāsampatti dalam melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Tahun 2010-2012
Seiring dengan bergulirnya waktu, jumlah anak didik di SMB Mahāsampatti mulai meningkat. Yayasan Vihāra Mahāsampatti berkeinginan untuk membeli rumah di Jalan Pajang No. 5, yang berada di antara bangunan Vihara No. 7-9 dan bangunan SMB Mahāsampatti No. 3. Dengan dukungan dari berbagai pihak, maka pada pertengahan tahun 2010 kepemilikkan bangunan berhasil direalisasikan. Dengan demikian Yayasan Vihāra Mahāsampatti mempunyai empat pintu bangunan yang berderet. Tanggal 21 Maret 2010, pemilihan Ketua Dāyaka Sabhā Vihāra Mahāsampatti dilakukan secara demokratis dengan melibatkan seluruh Keluarga Besar Vihāra Mahāsampatti beserta segenap umat Vihāra Mahāsampatti dan dilanjuti dengan pengukuhan pengurus baru oleh Dewan Pengurus Yayasan Vihāra Mahāsampatti pada tanggal 18 April 2010.
Susunan pengurus inti Dāyaka Sabhā Vihāra Mahāsampatti masa bakti 2010-2012 adalah sebagai berikut :
Ketua | : | Anwar Sunarko Yantasilo |
Wakil ketua | : | Juni Sri Uttami |
Sekretaris | : | Rita Komalasari |
Bendahara I | : | Betty Khemakomala |
Bendahara II | : | Lina Gunawan Lilavati |
Kepengurusan Dāyaka Sabhā periode ini membenahi manajemen operasional Vihāra Mahāsampatti menjadi lebih baik lagi. Banyak perubahan yang telah dilakukan antara lain:
Pada kepengurusan periode ini pula kegiatan Sebulan Penghayatan Dhamma (SPD) untuk pertama kalinya diselenggarakan di Medan pada April 2011 untuk menyambut perayaan Hari Raya Trisuci Vesākha dan program Pabbajjā Sāmaņera Sementara diselenggarakan pada Juni 2011 untuk membuka kesempatan agar upasaka melatih diri dengan mempraktikan Dhammavinaya. Kedua program ini mendapatkan dukungan besar dari Saṅgha Theravāda Indonesia dan menjadi kegiatan tahunan Vihāra Mahāsampatti.
Tahun 2012-2014
Tanggal 28 Juli 2012, Pengurus Yayasan Vihāra Mahāsampatti melantik kepengurusan Dāyaka Sabhā Vihāra Mahāsampatti masa bakti 2012-2014. Anwar Sunarko Yantasilo kembali dipercaya untuk memimpin dengan formasi kepengurusan yang baru, sebagai berikut:
Ketua | : | Anwar Sunarko Yantasilo |
Sekretaris | : | Rita Komalasari |
Bendahara I | : | Reny Saddhakumari |
Bendahara II | : | Ertini Tinnasokini |
Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan untuk menetapkan manajemen organisasi yang profesional. Selain menjalankan program yang sudah ada sebelumnya, kepengurusan periode ini menyelenggarakan Latihan Upāsikā Aññhasīlaõi. Dukungan dari Saṅgha Theravāda Indonesia dan Aññhasīlaõi tetap dari STAB Kertarajasa – Malang sangat berperan besar dalam penyelenggaraan program ini. Angkatan pertama diselenggarakan pada Agustus 2014, disusul angkatan kedua pada Desember 2014. Di tahun-tahun berikutnya program ini rutin terselenggara setiap bulan Desember.
Di akhir tahun 2011, Saṅgha Theravāda Indonesia melalui Keputusan Rapat Pimpinan Saṅgha Theravāda Indonesia menetapkan Vihāra Mahāsampatti sebagai salah satu dari 12 (dua belas) Vihara yang ditunjuk sebagai penyelenggara program Pabbajjā Sāmaņera Nasional Saṅgha Theravāda Indonesia. Meskipun dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana yang ada, namun Vihāra Mahāsampatti selalu berusaha melayani umat Buddha dan menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh Saṅgha Theravāda Indonesia hingga sekarang ini.
Dengan catatan penyelenggaraan:
Sāmaņera Satijan Virasatiko (red: peserta Angkatan LI Tahun 2012) dan Sāmaņera Asnan Indamedho (red: peserta Angkatan LVII Tahun 2013) melanjutkan pelatihan sebagai Sāmaņera tetap hingga ditahbiskan menjadi Y.M Bhikkhu Virasatiko dan Y.M Bhikkhu Indamedho di Uposathāghārā, Vihāra Jakarta Dhammacakka Jaya, 13 Juni 2015, dengan Upajjhaya Bhikkhu Sukhemo Mahāthera.
Seiring dengan semakin padatnya berbagai kegiatan keagamaan di Vihāra jumlah umat serta anak-anak didik SMB Mahāsampatti mengalami peningkatan. Empat pintu rumah berderet semakin terasa sempit dan tidak dapat lagi menampung jumlah umat. Terkadang kegiatan anak-anak didik di SMB Mahāsampatti terpaksa dipindahkan agar ruangan mereka bisa dipakai untuk kegiatan Vihāra.
Dhammasālā utama maksimal hanya bisa menampung 80 orang. Sementara saat perayaan besar ataupun acara tertentu, jumlah umat yang datang bisa berkisar antara 500 – 900 orang. Untuk itu seringkali pada perayaan-perayaan hari besar, Vihāra perlu memasang tenda-tenda dan terpaksa harus menutup jalan Pajang supaya dapat menampung umat yang hadir. Kerap kali pula kegiatan ini mendapat teguran dari aparat. Meskipun mereka bisa memaklumi kegiatan keagamaan ini, namun tidak dipungkiri bahwa kegiatan ini mengganggu fasilitas umum. Untuk memenuhi kebutuhan mendesak ini, terbitlah niat untuk menambah bangunan lagi.
Pada Desember 2013, kesempatan baik datang, dengan niat baik semuanya, melalui negosiasi pemilik rumah Jalan Pajang No. 11 bersedia menjual rumah yang selama puluhan tahun ditinggali bersama keluarganya. Dengan demikian, pada saat itu Yayasan Vihāra Mahāsampatti telah mempunyai lima pintu rumah berderet di Jalan Pajang No. 3-5-7-9-11. Keleluasaan berkegiatan cukup terasa dengan bertambahnya bangunan Vihāra Mahāsampatti. Apalagi bangunan ini berlantai dua. Meskipun keleluasaan ini hanya bersifat sementara saja.
Tahun 2014-2016
Tanggal 23 Februari 2014, diadakan pergantian dan pelantikan kepengurusan baru untuk Dāyaka Sabhā Vihāra Mahāsampatti masa bakti 2014-2016, dengan susunan pengurus inti sebagai berikut :
Ketua | : | Marry Rusli Mettavati |
Sekretaris I | : | Cundy Lowis Pannakumaro |
Sekretaris II | : | Rita Komalasari |
Sekretaris III | : | Anna Maria Attasirini |
Bendahara | : | Reny Saddhakumari |
Pada tahun 2014, Pembina Yayasan Vihāra Mahāsampatti menyampaikan permohonan kepada Sangha Theravada Indonesia untuk memberikan izin kepada Y.M Bhikkhu Sukhemo Mahāthera dan Y.M Bhikkhu Sri Paññāvaro Mahāthera untuk dapat duduk di dalam jajaran Pembina Yayasan Vihāra Mahāsampatti. Sehingga ada tiga anggota Saṅgha di dalam Dewan Pembina Yayasan Vihāra Mahāsampatti.
Penambahan anggota Dewan Pembina ini dilakukan bersamaan dengan pergantian Dewan Pengawas dan Dewan Pengurus yang masa jabatan pada periode sebelumnya telah berakhir dan diangkat yang baru.
Adapun susunan Dewan Pembina, Dewan Pengawas dan Dewan Pengurus Yayasan Vihāra Mahāsampatti masa bakti 2014-2019 sebagai berikut:
DEWAN Pembina Yayasan
Ketua | : | PMy. Wirawan Giriputra |
Wakil Ketua | : | Y.M. Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera |
Anggota | : | 1. Y.M. Bhikkhu Sukhemo Mahāthera |
2. Y.M. Bhikkhu Sri Pannavaro Mahāthera | ||
3. PMy. Rudi Hardjon Dhammarāja | ||
4. PMd. Amir Hamzah Viriyānanda | ||
5. PMd. Albert Kumala Sāsanaputra |
DEWAN Pengawas Yayasan
Ketua | : | Effendy Anwar |
Anggota | : | 1. Wikyanto |
2. Kwek Ho Peng |
DEWAN Pengurus Yayasan
Ketua | : | PMd. Eddy Dhammadīpa |
Wakil Ketua I | : | Kristin Liu Yasasi |
Wakil Ketua II | : | PMd. Burhan Bhatthiphalo |
Sekretaris | : | Herman Bodhiyanto |
Wakil Sekretaris I | : | PMy. Brahmaputra |
Wakil Sekretaris II | : | Anwar Sunarko Yantasilo |
Bendahara | : | Herman Cittasuddho |
Wakil Bendahara | : | Maylisen Vimalavati |
Perubahan kepengurusan ini kemudian disahkan melalui Akta Pernyataan Keputusan Rapat Yayasan Vihāra Mahāsampatti yang dikeluarkan oleh Notaris, Minarny Theh, SH, tertanggal 1 September 2014 dan disahkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Nomor AHU-79.AH.01.05 Tahun 2015, tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Yayasan, tertanggal 21 Mei 2015.
Umat terus bertambah seiring dengan konsistennya pelaksanaan program kerja. Penutupan dan penggunaan jalan umum untuk kegiatan Vihāra masih belum terhindari. Penggunaan fasilitas umum ini selain harus menghadapi teguran dari aparat juga seringkali terintangi oleh cuaca, seperti panas dan terutama hujan deras. Tidak jarang Bhante, pemimpin kebaktian, dan umat harus duduk di alas yang lembab dan basah. Untuk itu kebutuhan membangun Vihāra agar memiliki ruangan yang lebih memadai sehingga bisa menampung kegiatan-kegiatan tersebut, semakin hari semakin mendesak.
Terpilihnya kembali Rama Eddy Dhammadipa sebagai Ketua Pengurus Yayasan Vihāra Mahāsampatti diharapkan dapat mendorong percepatan dan realisasi pemugaran Vihāra Mahāsampatti yang mulai dipersiapkan dan dirintis pada kepemimpinan Beliau diperiode sebelumnya.
Rencana besar ini perlu persiapan yang sangat matang, karenanya diperlukan beberapa tempat untuk merelokasi kegiatan Vihāra selama masa pemugaran nanti. Hal tersebut diatasi dengan menyewa beberapa tempat, sebagai berikut:
- Jalan Pajang No. 15, untuk relokasi gudang
- Jalan Pajang No. 17, untuk relokasi kantor
- Jalan Pajang No. 37, untuk relokasi SMB Mahāsampatti
- Jalan Thamrin No. 166AB, untuk relokasi kegiatan Puja Bakti
Tanggal 11 November 2015, Yayasan Vihāra Mahāsampatti membeli rumah. di Jalan Samudra No. 10 Medan. Tempat ini diperuntukkan sebagai kuti atau tempat tinggal Bhikkhusangha.
Organisasi kewanitaan Theravāda bernama Wanita Theravāda Indonesia (WANDANI) terbentuk di tahun ini, melengkapi Keluarga Besar Theravāda Indonesia di kota Medan. Selain menjalankan prgram kerja mereka sendiri, dengan adanya Wandani Vihāra Mahāsampatti mendapatkan lebih banyak bantuan lagi dalam kegiatan sosial maupun perayaan-perayaan hari besar Buddhis. Wandani banyak membantu dalam bidang dekorasi dan konsumsi.
2016 - sekarang
Kepengurusan Dāyaka Sabhā Vihāra Mahāsampatti masa bakti 2016-2018 berkepengurusan sebagai berikut :
Ketua | : | Hendri Hemapanno |
Wakil Ketua | : | Yenni Khemasiri |
Sekretaris I | : | Anna Maria Attasirini |
Sekretaris II | : | Wendy Tannie Vijjapadmadevi |
Bendahara | : | Finnie F. T. Vijitavini |
Kepengurusan periode ini berfokus kepada pengembangan dari program kerja yang sudah ada di tahun-tahun sebelumnya, yakni:
Perwujudan rencana pemugaran Vihāra Mahāsampatti semakin intensif dilakukan. Namun, masih terhambat oleh satu hal. Banyak saran dan masukan dari umat yang menyampaikan bahwa alangkah baiknya jika Vihāra bisa dibangun dimulai dari Jalan Pajang No. 1 sehingga Vihāra juga bisa terlihat dari Jalan Tilak. Selain itu kelebihannya adalah akses pintu masuk dan keluar yang lebih leluasa karena berada di sudut dua jalan. Mengingat Vihāra digunakan untuk kepentingan khalayak ramai, maka Pengurus Yayasan mendengarkan saran baik ini.
Melalui negosiasi dan mediasi yang cukup panjang, akhirnya dengan kebaikan hati dari pemilik rumah Jalan Pajang No. 1 untuk menjual rumahnya kepada Yayasan Vihāra Mahāsampatti. Pada tanggal 16 Juni 2016, rumah tersebut menjadi sah milik Yayasan Vihāra Mahāsampatti.
Saṅgha Theravāda Indonesia melalui penyelenggaraan Sanghadana telah memberikan dukungan yang sangat besar kepada Vihāra Mahāsampatti. Bersama dengan dana yang terkumpul dari berbagai kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Vihāra Mahāsampatti dan dukungan ribuan umat Buddha di Medan – Sumatera Utara juga seluruh Indonesia, pembelian lahan yang akan segera dilakukan pemugaran Vihāra Mahāsampatti bisa diperoleh. Semua ini digunakan untuk manfaat kemajuan dan kelestarian Buddhadhamma sehingga lebih banyak lagi insan-insan yang bisa mempelajari dan mendalami ajaran Buddha.
25 tahun perjalanan Vihāra Mahāsampatti, berawal dari sebuah inspirasi, kini Vihāra Mahāsampatti terus berdedikasi, tanpa henti. Dengan semua kiprahnya dalam terus mengabdi untuk senantiasa menjaga dan mempertahankan tujuan awal pendiriannya, yakni terus menerus menumbuhkan dan melestarikan Dhamma ajaran Guru Agung Buddha Gotama secara terarah di Medan-Sumatera Utara.
Tujuan besar tersebut dicapai dengan membuat program-program kerja yang jelas dan terarah agar program-program kerja ini bisa dinikmati oleh umat Buddha dan masyarakat luas, maka Vihāra Mahāsampatti perlu menyediakan fasilitas-fasilitas berikut:
Dengan memanfaatkan luas lahan yang ada, Vihāra Mahāsampatti berupaya untuk bisa menyediakan kebutuhan umat akan fasilitas-fasilitas tersebut. Dan untuk bisa memenuhinya, Vihāra Mahāsampatti sangat membutuhkan dukungan moril maupun materiil dari setiap elemen masyarakat dan umat Buddha yang memiliki tujuan mulia yang sama yaitu untuk melestarikan Buddhadhamma. Dengan demikian, Dhamma dapat terus berkembang dan dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari hingga tercapaianya cita-cita terluhur dalam ajaran Buddha, yaitu Nibbana.
Terima kasih kepada Saṅgha Theravāda Indonesia (STI) yang telah memberikan dukungan yang luar biasa, YM Bhikkhu Jinadhammo Mahāthera yang telah memberikan pengarahan dengan kesabaran, Majelis Agama Buddha Theravāda Indonesia (MAGABUDHI), Pemuda Theravāda Indonesia (PATRIA), Wanita Theravāda Indonesia (WANDANI), seluruh donatur, simpatisan, umat Buddha, serta relawan yang telah mengabdi dan berpartsisipasi penuh, yang jasa baiknya kami tidak bisa sebutkan satu per satu dalam menyumbang saran, ide, perhatian, dukungan moril dan materiil.
Perjalanan ini masih panjang, namun dengan kuatnya keyakinan kepada Tiratana yang diimbangi dengan Paramita, kebersamaan kita semua dalam membangun Vihāra Mahāsampatti bisa terwujudkan dengan mudah. Dengan demikian Vihāra Mahāsampatti bisa tetap menjalankan program-program kerjanya, baik yang jangka panjang maupun jangka pendek untuk kemajuan dan kelestarian Buddhadhamma.
Anumodana.
Sabbe satta bhavantu Sukhitatta.
Semoga semua makhluk berbahagia.
(29.09.2016)
BANK CENTRAL ASIA | ac. 0222.558.199 | an. YAYASAN VIHARA MAHASAMPATTI |
BANK MANDIRI | ac. 106.00.8000819.9 | an. YAYASAN VIHARA MAHASAMPATTI |
BANK BRI | ac. 0633.01.000925.56.4 | an. YAYASAN VIHARA MAHASAMPATTI |
Info lebih lanjut, hubungi:
|
0812.6066.9675 | |
|
0812.6059.921 | |
|
0811.6075.600 | |
|
0811.600.788 |
VIHARA MAHASAMPATTI
Jalan Pajang No. 1-3-5-7-9-11,
Kelurahan Sei Rengas Permata,
Kecamatan Medan Area,
Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara
ALAMAT RELOKASI SEMENTARA VIHARA :
Jalan M.H. Thamrin No. 166AB,
Kelurahan Sei Rengas I
Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara
@mahasampatti |
0852 6176 1777 |
(061) 736 9410 |